Dewasa ini seiring berkembangnya teknologi di dunia, industri dituntut untuk dengan cepat beradaptasi dengan keadaan. Ditambah dengan terpaan pandemi COVID-19 yang mengubah seluruh sektor kehidupan, Public Relations harus mampu mengamati betul setiap pergeseran pola perilaku berbagai pihak, terutama masyarakat, guna menentukan strategi-strategi pendekatan yang jitu.
I can’t go back to where I used to be … A whole new world. Mengutip lirik lagu sekaligus menjadi original soundtrack (OST) dari animasi Aladdin (1992), Agung Laksamana menggunakannya untuk membuka bab pertama dalam buku anyarnya berjudul “Adapt or Die! Navigating the new world of PR”. Potongan lirik lagu tersebut sangat relevan dengan tahun 2020-2021 ini. Tidak hanya Putri Jasmine dan Aladdin saja, kita pun dituntut untuk dapat bertahan di era ‘A Whole New World’ atau sebuah dunia yang baru. Buku Adapt or Die membahas fenomena-fenomena perubahan lanskap dunia Public Relations, yaitu mengenai Artificial Intelligence (AI), era baru jurnalisme, hoax, fake news serta era adaptasi kebiasaan baru atau new normal. Di dalam bukunya, Agung Laksamana selaku penulis dan ketua PERHUMAS Indonesia menitikberatkan pentingnya beradaptasi sebagai sebuah keharusan dan tidak bisa ditawar lagi oleh praktisi Public Relations.
“Inilah realita saat ini. Ada AI, Robot, jurnalisme baru, influencers baru dan COVID-19 yang telah mengubah dunia. Lanskap industri PR termasuk praktisi PR dipaksa segera berubah secepat mungkin menyesuaikan diri dengan ‘dunia baru’ ini,” papar Agung dalam acara “Diskusi Buku PR: Adapt or Die” oleh PERHUMAS Indonesia pada tanggal 22 Januari 2021 lalu. Menurut Agung, saat ini sudah banyak profesi yang tergeser oleh kemajuan teknologi, salah satunya bisa jadi adalah Public Relations. Kemunculan sosok-sosok berpengaruh di media sosial, seperti influencer, key opinion leader, SJW (Social Justice Warrior) dan lainnya, membuka peluang sekaligus tantangan bagi praktisi Public Relations. Di sinilah inti buku ini, di mana praktisi Public Relations harus adaptif dan cerdas dalam menghadapi perubahan dunia. jika tidak ingin tergerus oleh zaman atau bahkan punah.
Nabilla Kusuma Vardhani, S.I.P., M.A., selaku dosen Program Studi Sarjana Terapan Bahasa Inggris Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada dan juga selaku praktisi Public Relations Sekolah Vokasi menuturkan, “Tentu PR harus beradaptasi dalam setiap situasi. Seperti Bapak Agung Laksamana katakan, dunia PR sedang berkembang. Jadi, petugas Humas harus gesit, tanggap, kreatif, paham teknologi, dan tepat sasaran.”
Selaras dengan perspektif tersebut, Alfelia Nugky Permatasari, S.S., M.A. dosen Program Studi Sarjana Terapan Bahasa Inggris Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada dan juga selaku seorang praktisi Public Relations Sekolah Vokasi mengatakan, “Selama seseorang/badan perlu direpresentasikan sebagai apa pun yang mereka inginkan, Public Relations akan tetap bertahan tidak peduli seberapa terganggunya dunia ini. Ia mungkin beradaptasi, mengubah bentuk, dan berevolusi, tetapi ia tidak akan pernah berhenti ada.” tutur Alfe.
Penulis: Trishna Dewi Wulandari